Lompat ke isi utama
x
MAN 2 Bantul

Perkaya Wawasan Guru Sosiologi MAN 2 Bantul Ikuti Kajian Sosiologi Teater di ISI Yogyakarta

Dikirim oleh Dendy Pramana.P pada 6 August 2025

Bantul (MAN 2 Bantul) –  Dalam rangka meningkatkan mutu dan inovasi pembelajaran, Sri Suhartun, guru Sosiologi MAN 2 Bantul, turut berpartisipasi dalam forum diskusi bertajuk “Kajian Sosial dalam Perspektif Sosiologi Teater”. Kegiatan yang digelar pada Selasa (05/08/2025), di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini merupakan agenda rutin Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sosiologi Madrasah Aliyah (MA) se-DIY, yang bertujuan memperluas wawasan para pendidik dalam memahami realitas sosial melalui medium seni pertunjukan.

Bertempat di Ruang Kuliah Gedung Teater Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, diskusi ini mengajak para guru untuk memandang panggung teater sebagai cermin masyarakat. Tidak hanya sebagai hiburan, teater diposisikan sebagai laboratorium sosial yang mencerminkan struktur kekuasaan, konflik sosial, norma, dan penyimpangan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Narasumber utama, Nanang Arisona, akademisi sekaligus praktisi teater dari ISI Yogyakarta, memaparkan bagaimana konsep-konsep sosiologi dapat dijelaskan melalui elemen-elemen pertunjukan teater. “Panggung adalah cermin besar bagi masyarakat. Setiap adegan, dialog, hingga gerakan aktor bisa dianalisis untuk membaca dinamika sosial yang terjadi di dunia nyata.” jelasnya. Ia juga menekankan bahwa pendekatan sosiologi teater membuka ruang bagi siswa untuk memahami teori-teori abstrak seperti dramaturgi Erving Goffman atau hegemoni Gramsci dengan cara yang lebih visual dan menarik.

Sri Suhartun bersama puluhan guru sosiologi lainnya tampak antusias mengikuti jalannya diskusi. Mereka terlibat aktif dalam sesi tanya jawab, mengeksplorasi bagaimana pendekatan ini dapat diadaptasi di madrasah meski dengan keterbatasan fasilitas. Menurut Sri, kegiatan ini memberikan perspektif baru yang aplikatif dalam pembelajaran. “Kami diajak keluar dari kebiasaan mengajar dengan metode tekstual. Kini kami punya referensi untuk mengajak siswa ‘membaca’ pertunjukan atau drama sebagai media analisis sosial.” ungkapnya.

Ketua MGMP Sosiologi MA, Angga Dwi Kurnianto, dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin antara dunia pendidikan dan lembaga seni budaya seperti ISI. “Guru harus terus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Melalui kolaborasi ini, kita tidak hanya memperkaya metode ajar, tetapi juga menjadikan pembelajaran sosiologi lebih hidup dan relevan bagi siswa.” tandasnya.

Forum ini diharapkan menjadi pemicu lahirnya metode-metode pembelajaran kreatif berbasis seni pertunjukan di lingkungan madrasah. Para guru didorong untuk mengembangkan proyek pembelajaran yang menumbuhkan kepekaan sosial dan kemampuan berpikir kritis siswa melalui eksplorasi seni teater di dalam kelas. (ss)