Lompat ke isi utama
x
MA Mafaza

MA MAFAZA SEKOLAH RAMAH ANAK

Dikirim oleh liana pada 6 October 2022

Bantul (MA Mafaza) - MA Mafaza melakukan upgrading untuk para guru dalam rangka memahami psikologi anak dengan lebih baik. Acara ini dibersamai oleh Novi Resmi Ningrum, S.Pd, M.Psi selaku Konselor Aktif di bidang Pendidikan dan Anak. Dalam acara ini Novi menyampaikan cara-cara dalam menangani anak dan membimbing anak. Acara dilaksanakan di Aula Madrasah Aliyah Mafaza kampus Ketandan. Sabtu, (1/10)

"Sebelum mengajar anak kita harus selesai dengan diri kita sendiri, sebelum menasehati orang lain" kata Novi. Novi juga menekankan jika zaman guru-guru dengan anak sudahlah terlampau jauh sehingga guru-guru sudah tidak memahami logika anak anak, oleh karena itu tidak selalu bisa mengandalkan cara-cara yang terdahulu untuk menangani permasalahan anak yang sekarang.

"Kita harus 'satu level' dengan anak supaya anak dapat memahami maksud dan dapat menyampaikan maksud kita" tutur Novi. oleh karena itu Novi mengajak pada para guru untuk mengakrabkan diri dengan dunia anak dengan apa yang mereka ikuti, apa yang mereka gemari, hingga apa yang mereka suka dan mereka tidak suka.

Dalam komuikasi kita perlu dalam satu frekuensi dengan orang yang kita ajak bicara. Satu frekuensi ini berkaitan dengan preferensi, paradigma, dan perasaan orang yang kita ajak bicara, dari berbagai komponen ini memahami perasaan merupakan hal yang Novi tekankan. “Ketika kita hendak menasehati anak kita harus melihat-lihat keadaan dia, semisal dia sedang sakit atau butuh bantuan maka tolonglah dia dahulu.” kata Novi. Karena ketika kita menasehati pada keadaan yang salah akan memberikan efek sebaliknya kepada kita. Dari kita yang berniat memberikan sesuatu yang baik malah berbalik dengan anak “mem-block” nasehat dari kita yang akan berakibat buruk kedepannya. Maka lebih bijak jika kita mengikuti alur pembicaraan dia dan mulai menasehati dengan cara yang pelang. “oke mungkin kamu benar dalam hal itu, tapi bukannya lebih baik jika kamu melakukan hal yang seperti ini?” tutur Novi dalam memnerikan contoh.

Guru tidak boleh memiliki persepsi awal yang buruk kepada anak. Persepsi awal atau stigma ini akan membuat guru menjadi mental block dan akan berlaku salah pada anak. Lebih jauhnya lagi jika guru sudah tidak suka dengan suatu murid, maka akan membuat hubungan antara guru dan murid akan menjadi berat. Novi berpesan jika tidak semua anak yang kita anggap nakal adalah anak yang nakal, seringnya adalah anak yang tidak sesuai dengan kriteria kita dan kita cap nakal. Banyak dari anak-anak yang hanya ingin perhatian, pemalu, kreatif, aktif dan sebagainya yang mungkin tidak cocok dengan imaji murid yang ideal pada guru. Novi memberi pesan untuk memberikan arahan yang baik jika itu dirasa salah dengan cara yang baik salah satunya dengan dipuji. “Wah hebat mas ini, tapi lebih hebat lagi kalau mau duduk memperhatikan” kata Novi dalam memberikan contoh.

Dalam penutup acara Novi menyampaikan rasa hormat tertinggi kepada para guru karena menurutnya guru merupakan salah satu pekerjaan yang berat. Guru dituntut untuk selalu optimal dalam mendidik anak sedangkan dilain sisi banyak hal yang diperjuangkan oleh guru itu sendiri yang membuat kepikiran. Oleh karena itu Novi memesankan untuk 'stay waras' supaya dapat mendampingi anak secara optimal. Karena dalam dunia pendidikan memerlukan 'nafas yang panjang' dan 'otak yang waras'.