Lompat ke isi utama
x
MTsN 1 bantul

MTsN 1 Bantul Ikuti Bedah Buku Kumpulan Cerpen Bersama Sastrawan Maman S. Mahayana

Dikirim oleh liana pada 27 January 2022

Bantul (MTsN 1 Bantul) -  Membaca cerita pendek  menjadi hiburan bagi banyak orang. Apalagi cerpen yang ditulis dengan bahasa yang mengalir, berisi kisah kehidupan di seputar kita, renyah dibaca, dan tidak perlu mengerutkan dahi. Cerpen yang  demikian ini ditulis oleh Dewi Parwanti Setyorini dalam buku kumpulan cerpen berjudul Di Depan Bajaj Hijau. Pada Rabu (26/01) dua guru, Rusmantara dan Anuk Kuswanti serta empat siswa MTsN 1 Bantul berkesempatan mengikuti bedah buku kumpulan cerpen tersebut via zoom meeting. Acara berlangsung pukul 14.00 s.d. 15.30 yang dihadiri 210 peserta.

Kegiatan yang dimoderatori Naning Pranoto, penggagas sastra hijau ini sangat menarik antusias audiens. Sebelum pemaparan bedah buku oleh sastrawan Maman S. Mahayana, Naning mempersilakan Dian Sastro, artis ternama Indonesia untuk menyampaikan kesan kepada penulis. “Selamat kepada penulis, Bunda Rini, meskipun pandemi tetap berkarya yang berguna untuk orang lain,”papar Dian Sastro.

Kartini Nurdin, dari penerbit Pustaka Obor Indonesia,  berkesempatan memberikan sekapur sirihnya. “Saya senang ada 210 peserta yang hadir sebagai ucapan selamat kepada Ibu Riri, satu tahun bisa menghasilkan 10 cerpen untuk memberikan sharing pengalaman kepada generasi muda. Bisa dibaca dan mendapat informasi supaya terus menulis dan Pustaka Obor siap menerbitkan dan membagikan ilmu lebih luas. Semoga muncul karya-karya berikutnya,” ungkapnya bahagia.

 Kesempatan berikutnya, Maman S. Mahayana, sastrawan sekaligus dosen ini, menyampaikan paparannya terhadap 10 cerpen dalam buku Di Depan Bajaj Hijau. “Bahasa yang digunakan dalam cerpen Bu Rini mengalir, deskripsinya sangat kuat, cerita diangkat dari kehidupan di sekitarnya. Cerpen-cerpen ini memberikan hiburan pada pembaca karena ceritanya yang ringan, hadir di antara cerpen serius,” papar Maman.

Pada akhir acara, Naning menggarisbawahi satu pernyataan “Tumbuh kembang di usia senja” bermakna meski usia sudah uzur, Bu Rini tetap berkarya memberi manfaat kepada sesama. Hal ini harus disosialisasikan, tidak hanya yang muda yang berkarya. Meskipun usia sudah tua tidaklah salah untuk melahirkan karya. (ank)