Koordinator BK MTsN 6 Bantul Tanggapi "Paradoks Salomo" Saat Workshop Guru BK di MAN 3 Bantul
Bantul (MTsN 6 Bantul) - Paradoks Salomo adalah sebuah istilah untuk seseorang yang bijaksana dalam menasihati atau memberikan masukan kepada orang lain namun tidak bisa melakukan hal tersebut untuk dirinya sendiri. Seseorang yang mengalami hal ini cenderung tidak bisa konsisten terhadap apa yang diucapkan dengan tindakan yang dilakukan. Tema bahasan tersebut menjadi isi dari materi Workshop Mengenali dan Menangani Paradoks Salomo pada Rabu (23/2) kemarin yang diadakan oleh MAN 3 Bantul. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan sosialisasi PPDB.
Peserta Workshop adalah guru BK SMP/MTs di wilayah Kabupaten Bantul. Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Workshop, Dr. Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd. Ketua Divisi IBKTP PB ABKIN sekaligus Dosen di Prodi Bimbingan Konseling Universitas Ahmad Dahlan. Hadir membuka acara Kepala MAN 3 Bantul, Samsul Huda, M.Pd. Dalam sambutannya, selain mengucapkan terima kasih atas kehadiran peserta, Samsul Huda juga berharap seluruh peserta memperoleh ilmu baru dari workshop. "Terima kasih atas kehadiran Bapak Ibu BK di Kegiatan ini, semoga setelah mengikuti kegiatan Bapak Ibu Guru BK mendapatkan ilmu yang bermanfaat dalam rangka memberikan layanan BK kepada siswa," ujarnya.
Narasumber, Dody Hartanto menjelaskan materinya secara daring melalui aplikasi zoom meeting. "Saat ini banyak orang berada pada posisi Sandwich Generation, artinya individu yang terjepit diantara dua masalah yang berbeda sehingga hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan masalah besar dalam kehidupannya," tuturnya. Paparan tersebut mendapat tanggapan dari Koordinator BK, Ritaningsih Sudjoko yang mengikuti kegiatan tersebut. Dalam komentarnya Ritaningsih menyampaikan bahwa banyak konselor atau guru BK yang merasakan mengalami Paradoks Solomo sehingga menurunkan kualitasnya sebagai konselor di sekolah.
"Kiat apa yang bisa dilakukan seorang guru BK agar tidak terjebak dalam Paradoks Salomo ini, sehingga tidak memengaruhi performanya dalam bekerja," tanya Ritaningsih. Atas komentar dan pertanyaan tersebut, narasumber memberikan apresiasi karena merupakan hal baik memiliki kesadaran awal mendeteksi kekurangan diri. Dalam balasannya narasumber menjawab bahwa profesi guru BK adalah profesi yang luar biasa, sehingga harus mengupayakan hal-hal yang bijaksana bagi sekitar kita berupa menghadirkan "best friend" baik secara nyata maupun imajinasi dalam pikiran sehingga dapat menjadi penyeimbang bertindak dan berpikir. (Rit)