Tingkatkan Kompetensi, Kepala MIN 2 Bantul Mengikuti Pelatihan Computational Thinking
Bantul (MIN 2 Bantul) - Kecakapan Berpikir/Pemikiran Komputasi atau Computational Thinking (CT) merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah di era digital. Hadir dalam kegiatan CT Jauhar Muhlis Salistiyanta Kasi Dikmad Kanwil DIY, Irya Wisnuhabdra Socientifik committe Bebras Indonesia beserta Tim Bebras dari Atmajaya. Acara dilaksanakan mulai Senin-Jum'at (1216/12) di Aula MTsN 9 Bantul dengan peserta dari Kepala MIN, MTs Negeri dan Swasta, MAN, dan Guru MTsN 9 yang seluruhnya berjumlah 60 peserta.
Jauhar Muhlis dalam sambutannya sekaligus membuka acara, memberikan apresiasi kepada Kepala dan Keluarga besar MTsN 9 Bantul yang telah bersedia menyediakan tempat sebagai penyelenggara kegiatan, ia berharap agar pelatihan dan kerjasama ini tidak hanya terhenti sampai disini, tapi di waktu yang lain semua guru mendapat kesempatan untuk pelatihan seperti sekarang ini, karena CT ini juga bisa diartikan sebagai metode problem solving.
Irya dari Bebras Indonesia dalam paparannya menjelaskan mengenai CT. Secara sederhana CT adalah metode menyelesaikan persoalan dengan menerapkan teknik ilmu komputer (informatika). CT sebagai cara berpikir untuk menyelesaikan masalah atau problem solving bekerja dengan cara menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh, meliputi: decomposition, pattern recognition, abstraction, algorithma yang merupakan beberapa konsep dasar ilmu komputer.
Dalam memecahkan masalah, metode ini menghendaki siswa untuk memformulasikan masalah dalam bentuk masalah komputasi dan kemudian menyusun solusi komputasi yang baik (dalam bentuk algoritma) atau menjelaskan mengapa tidak ditemukan solusi yang sesuai.
Tahap pertama dari CCT adalah decomposition. Dalam tahap ini, masalah dipecah menjadi lebih kecil dan sederhana. Dengan demikian masalah tersebut dapat diselesaikan satu persatu dan dapat diidentifikasi perbagian dari mana masalah itu kedua. Tahap kedua pattern recognition, tahap ini siswa harus mencari pola. Biasanya, di dalam sebuah masalah terdapat pola-pola tertentu untuk memecahkannya.
Tahap ketiga abstraction, pada tahap ini, yang perlu dilakukan adalah men-generalisasi dan mengidentifikasi prinsip-prinsip umum yang menghasilkan pola, tren dan keteraturan tersebut. Hal ini sangat penting dilakukan karena biasanya dengan melihat karakteristik umum akan memungkinkan untuk membuatkan aku model suatu penyelesaian masalah tersebut.
Tahap keempat algorithma, dalam tahap ini siswa harus dapat mengembangkan petunjuk pemecahan masalah yang sama secara step-by-step. Tahapan demi tahapan sehingga orang lain dapat menggunakan langkah/informasi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang sama.
CT tidak hanya sebatas untuk menyelesaikan masalah seputar ilmu komputer saja. Berpikir komputasi juga dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan teknik ini siswa akan belajar bagaimana berpikir secara terstruktur, seperti ketika para software engineer menganalisa kebutuhan dan merencanakan pengembangan software.
Mengimplementasikan CT dengan cara memahami masalah, mengumpulkan semua data, lalu mulai mencari solusi sesuai dengan masalah. Kemudian pada tahap dekomposisi, siswa diajarkan untuk mem-breakdown atau memecah suatu masalah yang komplek menjadi masalah-masalah yang lebih sederhana untuk diselesaikan, ujar. Irya selaku bebras dari Indonesia. (Fatim)