Siswa XI F MAN 2 Bantul Bedah Filosofi Batik Mega Mendung, Bongkar Perbedaannya dengan Motif Awan China
Bantul (MAN 2 Bantul ) – Kelas XI F MAN 2 Bantul mendapat pengalaman belajar yang istimewa pada pembelajaran Bahasa Jawa, Selasa (19/8/2025). Tidak hanya dikenalkan ragam batik nusantara, para siswa juga berkesempatan mendalami makna filosofisnya melalui diskusi dan presentasi kelompok.
Salah satu kelompok yang beranggotakan tiga anak yaitu garda nugi prakoso, ardian nur sidiq, dan muhamad riski priana tampil memikat dengan membawakan kajian tentang batik Mega Mendung dari Cirebon. Mereka memaparkan bahwa motif berubah menyerupai awan ini bukan sekedar hiasan kain, melainkan simbol kehidupan yang penuh keteduhan, kesabaran, serta keluasan hati. Filosofi ini tercermin dari pola awan yang seolah tiada batas, mengajarkan manusia untuk senantiasa berlapang dada dalam menghadapi persoalan.
Yang membuat presentasi kian menarik, kelompok tersebut juga melakukan perbandingan dengan motif awan dalam seni tradisi China . Siswa menjelaskan bahwa motif awan Tiongkok cenderung berbentuk gulungan halus, penuh ornamen, dan sering dikaitkan dengan kekayaan serta kemakmuran. Sebaliknya, Mega Mendung menampilkan garis yang lebih tegas, sederhana, namun sarat makna filosofis yang membumi. Perbandingan budaya lintas ini menunjukkan bahwa meski sama-sama mengambil inspirasi dari bentuk awan, setiap budaya menanamkan identitas dan pesan moral yang berbeda.
Riyadi Setyawan, guru Bahasa Jawa yang mengampu pembelajaran, mengapresiasi pemaparan para siswa. “Saya bangga karena mereka tidak hanya mengenal batik sebagai karya seni, tetapi juga mampu membaca filosofi di baliknya dan membandingkannya dengan budaya lain. Itu melatih nalar kritis sekaligus menumbuhkan rasa cinta pada warisan bangsa,” ungkapnya.
Antusiasme siswa tampak jelas. Beberapa orang menyampaikan kesan bahwa Mega Mendung memberi nuansa damai dan menenangkan, sedangkan motif awan China terlihat lebih mewah dan hias. Diskusi pun berkembang hangat, menjadikan kelas bukan hanya tempat belajar bahasa, melainkan juga ruang apresiasi budaya.
Kegiatan ini membuktikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa di MAN 2 Bantul tidak hanya membahas aspek kebahasaan, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai budaya yang mengakar. Melalui pengenalan batik dan lintas tradisi, siswa didorong untuk berpikir luas, kritis, dan tetap bangga dengan identitas budaya nusantara.(rys)