Lompat ke isi utama
x

PKKM 2025: Heni Prilantari Tekankan Pentingnya Komunikasi Tanpa Marah di MAN 2 Bantul

Dikirim oleh eka putri pada 28 November 2025

Bantul (MAN 2 Bantul) - Dalam rangkaian Penilaian Kinerja Kepala Madrasah (PKKM) tahun 2025, Pengawas Kementerian Agama Kabupaten Bantul, Heni Prilantari, menekankan pentingnya membangun komunikasi tanpa marah di lingkungan MAN 2 Bantul. Pembinaan tersebut disampaikan dalam sesi khusus yang bertujuan memperkuat kompetensi sosial guru dan kepala madrasah, sekaligus mendukung implementasi Kurikulum Berbasis Cinta di madrasah.

Heni menjelaskan bahwa kemarahan atau ledakan emosi tidak pernah menjadi solusi dalam penyelesaian masalah di madrasah. Guru, menurutnya, memiliki peran strategis dalam memastikan suasana belajar tetap damai, hangat, dan aman sehingga siswa mampu menerima pembelajaran dan arahan secara optimal. “Tidak perlu membentak, tidak perlu marah-marah. Anak-anak lebih mudah menerima pesan ketika kita menggunakan bahasa cinta dan ketenangan,” ujar Heni saat menyampaikan pembinaan di Aula MAN 2 Bantul. Dalam pembinaan tersebut, Heni memperkenalkan teknik komunikasi sederhana namun efektif yang ia sebut “Jurus Burger”. Teknik ini merupakan model penyampaian pesan yang menghindari konfrontasi, sekaligus memberikan ruang dialog yang lebih sehat antara guru dan siswa.

Dalam sesi pembinaannya, Heni menjelaskan secara rinci tiga langkah utama dalam Jurus Burger, sebuah pendekatan yang dapat dipraktikkan guru ketika menghadapi persoalan kedisiplinan maupun konflik dengan siswa. Tiga tahapan tersebut ialah:
1.    Koreksi Awal
Guru membuka percakapan dengan apresiasi, kalimat positif, atau koreksi ringan yang menenangkan suasana. Hal ini bertujuan agar siswa tidak langsung merasa disalahkan atau terpojok.
2.    Mengeksplorasi Solusi
Pada tahap inti ini, guru bersama siswa menggali akar permasalahan, mendengarkan penjelasan secara obyektif, dan mencari alternatif solusi yang dapat disepakati bersama. Menurut Heni, tahap ini adalah kunci dari Jurus Burger karena menempatkan guru bukan sebagai hakim, tetapi fasilitator solusi.
3.    Koreksi Akhir
Guru menutup percakapan dengan pengarahan, motivasi, atau penegasan kembali kesepakatan perbaikan. Tahapan ini membantu siswa memahami langkah yang harus dilakukan setelah dialog berlangsung.

Heni menambahkan bahwa Jurus Burger selaras dengan Kurikulum Berbasis Cinta, karena mengutamakan komunikasi tanpa amarah, memberikan ruang dialog, dan menghargai martabat siswa sebagai individu. Selain mengajarkan langkah-langkahnya, Heni juga menekankan bahwa Jurus Burger bukan hanya strategi komunikasi, tetapi juga teknik mengelola emosi bagi guru. Dengan mengikuti struktur tiga tahap tersebut, guru dapat menahan diri dari reaksi spontan berupa kemarahan dan fokus pada penyampaian pesan yang efektif.

“Guru sering marah karena ingin cepat selesai. Padahal komunikasi yang baik perlu proses. Jurus Burger memberi panduan agar kita bisa tetap tenang, tapi tetap tegas,” jelasnya. Kepala MAN 2 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati, mengapresiasi secara penuh pembinaan yang diberikan oleh Heni Prilantari. Ia menilai pendekatan komunikasi tanpa marah ini sangat relevan dengan kebutuhan madrasah dalam membangun budaya positif dan memperkuat karakter peserta didik. “Pembinaan ini sangat berarti bagi kami. Guru-guru membutuhkan teknik yang konkret dan aplikatif dalam menyelesaikan masalah tanpa emosi. Kurikulum Berbasis Cinta memang harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari,” ujarnya. Ia juga menyampaikan bahwa pembinaan seperti ini menjadi salah satu poin penting dalam PKKM, karena tidak hanya menilai administrasi, tetapi juga turut mengembangkan kualitas interaksi di madrasah.

Pelaksanaan PKKM 2025 di MAN 2 Bantul menjadi wadah evaluasi sekaligus pembinaan untuk menguatkan peran pendidik dalam membangun madrasah yang ramah, humanis, dan inspiratif. Dengan dorongan dari pengawas, MAN 2 Bantul berkomitmen terus memperkuat budaya komunikasi positif dan menegakkan nilai-nilai cinta dalam seluruh aspek pembelajaran. fitria