Lompat ke isi utama
x
MTs Muhammadiyah Kasihan

Pengawas Madrasah Apresiasi dan Dukung Semarak Pembelajaran Iqro' di MTs Muhammadiyah Kasihan

Bantul (  MTs Muhammadiyah Kasihan ) – Suasana pagi di MTs Muhammadiyah Kasihan kini berbeda dari biasanya. Sejak 19 Agustus 2025, setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 08.10, madrasah ini hidup dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dari ruang kelas hingga serambi masjid, dari perpustakaan hingga halaman, terdengar suara siswa-siswi yang dengan tekun mengeja huruf demi huruf, mengalirkan semangat untuk semakin dekat dengan Kalamullah.

Program bertajuk Pembelajaran Iqro’ ini melibatkan 270 siswa yang terbagi dalam 30 kelompok. Masing-masing kelompok dibimbing oleh satu ustadz, sehingga total ada 30 pembimbing yang berasal dari berbagai sumber seperti Mu’allimaat, PUTM, dan Badko. Mereka bersama-sama mengajarkan bacaan Iqro’ mulai dari jilid 1 hingga jilid 6, sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Pihak madrasah menyusun program ini dengan harapan tiga bulan mendatang, seluruh siswa memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang lebih baik, lebih lancar, dan lebih benar sesuai kaidah tajwid. Kegiatan ini bukan hanya pengisi waktu pagi, tetapi menjadi langkah nyata dalam mendukung gerakan literasi Al-Qur’an dan membentuk karakter Islami siswa sejak dini.

Pada Selasa, 26 Agustus 2025, MTs Muhammadiyah Kasihan mendapat kunjungan dari Etyk Nurhayati selaku Pengawas Madrasah. Dalam kunjungan monitoring dan pembinaan tersebut, beliau menyaksikan langsung bagaimana antusiasme siswa mengikuti pembelajaran, serta kedisiplinan para ustadz dalam mendampingi setiap kelompok.

“Program ini sangat positif dan patut diapresiasi. Semangat seperti ini harus terus dijaga agar anak-anak tidak hanya mengenal huruf, tetapi mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih, benar, dan penuh pemahaman. Ini menjadi modal penting bagi mereka untuk membangun kepribadian Islami,” ujar Etyk.

Beliau juga mengingatkan pentingnya keberlanjutan program semacam ini. Menurutnya, literasi Al-Qur’an di madrasah tidak boleh hanya menjadi agenda sesaat, tetapi harus menjadi budaya. Monitoring berkala, evaluasi hasil belajar, dan pendampingan yang konsisten diperlukan agar tujuan mulia ini dapat tercapai dengan maksimal.

Selain itu, Etyk juga memberikan masukan agar madrasah dapat lebih mengoptimalkan sinergi dengan orang tua dan masyarakat. Dengan dukungan bersama, pembelajaran Iqro’ tidak berhenti di sekolah saja, melainkan bisa diteruskan di rumah sehingga progres siswa lebih cepat dan merata.

Pihak madrasah sendiri menyatakan siap menindaklanjuti masukan tersebut. Kepala MTs Muhammadiyah Kasihan Ridwan Furqoni mengungkapkan bahwa program ini merupakan salah satu ikhtiar mencetak generasi Qur’ani yang mampu menjadi teladan di lingkungan sekitar. “Kami berharap setelah tiga bulan ini, siswa kami bukan hanya mahir membaca, tetapi juga mencintai Al-Qur’an dan mengamalkannya,” ujarnya.(Ridwan)