Pengalaman Pertama Jadi Sutradara, Febrianto MAN 2 Bantul Pelajari Totalitas dalam Membuat Film
Bantul (MAN 2 Bantul) – Pengalaman pertama sering kali meninggalkan kesan mendalam, begitu pula yang dirasakan Febrianto, siswa kelas XI D MAN 2 Bantul, saat dipercaya menjadi sutradara proyek film yang akan diikutsertakan dalam Lomba Film Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul. Bagi Febrianto, kesempatan ini menjadi momen berharga untuk memperluas wawasan, memperdalam pengetahuan, sekaligus memahami bahwa membuat film memerlukan totalitas tinggi dari semua pihak yang terlibat.
Proyek film yang mulai dikerjakan pada kamis (14/08/2025) ini merupakan salah satu program kreatif MAN 2 Bantul yang melibatkan siswa dari berbagai kelas, dengan dukungan guru pembimbing dan instruktur perfilman. Sejak awal, Febrianto sudah merasakan tantangan besar dalam mengemban peran sebagai sutradara, mulai dari membaca naskah, memahami storyboard, hingga mengatur alur cerita agar sesuai visi yang telah dirancang.
"Awalnya saya pikir jadi sutradara itu hanya memberi arahan di lokasi syuting. Ternyata, tanggung jawabnya sangat luas, mulai dari pra-produksi sampai pascaproduksi. Semua detail harus saya perhatikan," ungkapnya.
Dalam tahap pra-produksi, Febrianto memimpin rapat tim untuk membahas pembagian peran, menentukan lokasi, mengatur jadwal, dan mempersiapkan peralatan. Ia juga berkoordinasi dengan penulis naskah dan penata artistik agar konsep visual dan pesan cerita selaras. Pada tahap produksi, ia harus mampu mengarahkan pemain, bekerja sama dengan kameramen, dan memastikan setiap adegan diambil sesuai shot list.
Proses syuting menjadi pengalaman yang penuh dinamika bagi Febrianto. Cuaca yang berubah-ubah, gangguan teknis, dan perbedaan pendapat di lapangan menjadi ujian tersendiri. Namun, berkat kerja sama tim yang solid dan bimbingan guru pembimbing, semua hambatan dapat diatasi.
"Saya belajar bahwa menjadi sutradara bukan berarti bekerja sendirian. Justru harus pandai berkolaborasi dengan semua kru. Setiap orang punya peran penting, dan hasil terbaik hanya bisa dicapai jika kita saling menghargai dan mendukung," tambahnya.
Guru pembimbing proyek film MAN 2 Bantul, Farkhan Yusuf Permana, mengapresiasi kinerja Febrianto. Ia menilai siswanya mampu menjalankan peran sutradara dengan baik meskipun baru pertama kali terjun dalam dunia perfilman. "Febrianto menunjukkan kemauan belajar yang tinggi dan mampu mengendalikan proses produksi dengan cukup matang untuk ukuran siswa SMA. Ini pengalaman yang akan berguna untuk masa depannya," ujarnya.
Selain mengasah kemampuan teknis, pengalaman ini juga membentuk keterampilan manajerial dan komunikasi Febrianto. Ia menyadari bahwa setiap keputusan sutradara memiliki dampak besar terhadap kualitas film.
Setelah proses syuting selesai, Febrianto turut terlibat dalam tahap post-production, seperti editing, penambahan musik latar, dan penyesuaian warna. Melihat hasil awal film yang mereka kerjakan, ia merasa bangga sekaligus termotivasi untuk terus belajar.
Film garapan tim MAN 2 Bantul ini nantinya akan bersaing dengan karya dari berbagai sekolah di Kabupaten Bantul dalam Lomba Film 2025. Menang atau kalah, bagi Febrianto, pengalaman ini sudah menjadi kemenangan tersendiri. "Saya sekarang tahu, membuat film itu butuh totalitas. Dan totalitas itu hanya bisa terwujud jika kita mencintai prosesnya," tutupnya dengan senyum puas.(isdwi)