Paguyuban Wali Murid MI Ma’arif Giriloyo 2 Selenggarakan Pengajian dan Pembacaan Rotibul Haddad
Bantul (MI Ma’arif Giriloyo 2) – Paguyuban wali murid MI Ma’arif Giriloyo 2 dari kelas satu sampai dengan kelas enam mengadakan pengajian dan pembacaan rotibul haddad, Ahad (12/03), bertempat di Mushola pondok pesantren Ali Marzuki. Acara ini merupakan acara yang rutin dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Selain sebagai majelis menuntut ilmu, juga merupakan wadah untuk menyampaikan informasi-informasi dari madrasah langsung kepada orang tua murid. Pengajian yang sudah berjalan ke tiga kalinya ini juga dihadiri oleh kepala MI Ma’aarif Giriloyo 2, guru, dan karyawan. Ahmad Sholeh, ketua paguyuban, menyampaikan amaliah rotibul haddad ini merupakan amanat dari Alm. Bpk Subhan (mendiang Kepala MI Ma’arif Giriloyo 2) untuk terus diamalkan.
Aslikh Rohmanudin, S.Pd.I selaku Kepala MI Ma’aarif Giriloyo 2 dalam sambutanya, menyampaikan hikmah dari pengajian bersama seluruh wali diantaranya, mempererat tali silaturahmi antar sesama wali murid dan antar wali murid dengan guru. Beliau juga menyampaikan agenda di bulan Ramadhan 1444 H, insya Alloh akan diselanggarakan kegiatan pesantren kilat dan buka bersama bagi siswa-siswi kelas tinggi.
Pada sesi tanya jawab, Haryono, salah satu wali murid menanyakan tentang ijazah amalan rotibul haddad. Haryono juga mengusulkan program kerja, kepada pengurus paguyuban wali murid untuk menggiatkan pengenalan hari besar Islam kepada anak-anak, misalnya membuat twibbon pada saat adanya hari besar Islam, santunan anak yatim pada tanggal 10 Muharom. Usulan ini akan dibahas lebih lanjut pada rapat pengurus paguyuban wali murid.
Mau’idhoh hasanah disampaikan oleh Hilmi Mujtaba (Gus Taba), pengasuh Pondok Pesantren Ali Marzuki Giriloyo. Gus Taba menyampaikan beberapa nasihat diantaranya, jika melakukan suatu amalan atau ibadah yang hanya tertuju pada manfaatnya saja, maka apabila ia tidak kunjung mendapatkan manfaat yang diharapkan maka ia akan bosan dan berhenti melakukan amalan tersebut. Misalnya orang yang rutin melakukan dhuha, dengan tujuan agar dilancarkan rizkinya. Setelah satu bulan rutin dhuha belum juga lancar rezekinya, maka bisa jadi orang tersebut akan putus asa dan berhenti melakukan sholat dhuha. Maka perbaiki niatnya, dan yakin bahwa setiap amalan atau ibadah yang dilakukan akan mendapatkan keberkahan. Jika bukan kita yang memperolehnya, maka anak cucu kita yang akan mendapatkanya.
Gus Tabau juga menyampaikan perbedaan orang dulu dengan orang jaman sekarang. Orang dulu itu sedikit ilmu, tetapi ilmu yang didapatkan langsung diamalkan, dan keyakinannya kuat. Sementara orang jaman sekarang,sering mendatangi majelis ilmu, namun banyak yang tidak diamalkan dan keyakinannya kurang kuat. Nasihat yang ketiga yaitu, sebagai orang tua hendaknya istiqomah dalam menirakati putra-putrinya. Tirakatnya setiap orang itu berbeda-beda, pilihlah apa yang disenangi agar senantiasa ringan dalam menjalankannya. Misalnya satu hari tadarus satu juz Al Qur’an, atau satu hari membaca seribu sholawat. Jadi tirakat itu tidak harus yang berat-berat.
Karena orang tua yang ahli tirakat itu, insya Alloh anak-anaknya akan menjadi anak-anak yang mulia. Hal berikutnya yang disampaikan Gus Taba adalah tentang tiga do’a yang mustajab. Pertama, do’a orang yang berpuasa. Maka, besuk pada saat puasa bulan Ramadhan banyak-banyaklah berdo’a. Kedua, do’a orang yang dalam perjalanan (dengan tujuan bukan untuk maksiat). Yang ketiga adalah do’a orang yang terdzalimi. Selain memberikan banyak nasihat, diakhir mau’idhoh hasanahnya, Gus Taba juga memberikan ijazah amaliah rotibul haddad kepada guru, karyawan dan wali murid yang hadir, alhamdulillah. (FS)