Jejak Duka Jadi Pemantik Siaga: MIN 1 Bantul Gelar Simulasi Gempa Peringati 27 Mei 2006
Bantul (MIN 1 Bantul) – Sembilan belas tahun telah berlalu sejak gempa dahsyat mengguncang Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Namun, luka sejarah itu masih membekas dalam ingatan masyarakat Bantul. Dalam semangat mengenang dan meningkatkan kesiapsiagaan, MIN 1 Bantul menggelar kegiatan simulasi tanggap bencana pada Selasa (27/05/2025), sebagai bentuk edukasi sekaligus penghormatan terhadap peristiwa bersejarah tersebut.
Kegiatan simulasi dilakukan secara menyeluruh, melibatkan seluruh siswa, guru, serta tenaga kependidikan. Dentuman sirene menjadi tanda dimulainya skenario gempa, diikuti oleh gerakan evakuasi yang tertib dan terkoordinasi. Para siswa dengan sigap mengikuti instruksi dari guru dan petugas, menunjukkan hasil dari latihan yang telah mereka jalani sebelumnya.

Dentume sirine pertama, siswa pun segera berlindung di tempat yang aman. Dentume sirine kedua, siswa menuju tempat evakuasi dengan membawa tas sebagai pelindung kepala. Di tempat evakuasi, sudah bersiap guru yang akan mengarahkan siswa. Kegiatan ini berlangsung serius dengan dipandu Ibnu Widianto sekaligus Fahrul Anam. Kegiatan ditutup dengan menyanyikan lagu “siaga Bencana” yang diikuti seluruh siswa dan civitas akademika MIN 1 Bantul.
Ibnu Widiyanto, mengemukakan bahwa kegiatan simulasi bencana ini rutin kami lakukan setiap tahun, sebagai bekal siswa ketika menghadapi bencana. "Kami ingin membentuk karakter tangguh dan sadar bencana pada generasi muda. Karena kesiapan hari ini bisa menyelamatkan nyawa di masa depan," ujar Ibnu Widiyanto
Simulasi ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan simbol dari semangat bangkit dan bertahan. Dari puing-puing tragedi dua dekade lalu, MIN 1 Bantul menyalakan api kesadaran: bahwa bencana bisa datang kapan saja, tapi dengan pengetahuan dan kesiapan, nyawa bisa diselamatkan. Melalui kegiatan ini, madrasah tidak hanya mencetak siswa cerdas, tetapi juga warga yang tangguh dalam menghadapi tantangan alam. (RA)