Belajar Selama Darurat Covid-19 WFH MIN 2 Bantul
Bantul (MIN 2 Bantul) - Pembelajaran jarak jauh sejak darurat Covid-19 telah memasuki minggu ke-5. Berbagai peristiwa selama belajar dialami oleh siswa, guru, bahkan orang tua. Pada awal-awal darurat Covid-19 anak-anak senang belajar di rumah. Mereka senang belajar melalui tatap muka online, mengerjakan soal dengan aplikasi, dan menyetor hafalan melalui video call. Seminggu kemudian anak-anak mulai merasa berat.
Meskipun hanya belajar dan mengerjakan tugas 2 – 3 mata pelajaran, anak-anak membutuhkan waktu lebih banyak daripada pembelajaran langsung di kelas. Anak-anak dituntut menjaga konsentrasi karena fitur tatap muka online berisiko kebisingan dan gangguan sinyal yang berefek pada kualitas suara dan gambar kamera.
Kepala MIN 2 Bantul, Siti Fatimah, S.Pd.I Selasa (14/4) mengemukakan bahwa anak-anak di pedesaan lebih seru lagi. Keterbatasan sinyal dan gadget membuat mereka berusaha lebih keras. Beberapa orang tua, bahkan, harus rela berangkat bekerja agak siang agar anak mereka dapat mengakses materi dan tugas sekolah melalui WA dari hp sang ayah satu-satunya. Sorenya, ayah memotret hasil belajar anak dan mengirimkannya kepada sang guru. Begitu setiap hari. ada juga yang orangtuanya pagi sudah pergi bekerja anaknya mengerjakan soal menunggu orangtuanya pulang baru bisa mengerjakan tugas dari bapak ibu guru, bahkan ada beberapa wali yg belum mempunyai hp android jadi kadang pinjam yg lain.
Harapan kepala Madrasah siti fatimah S.Pd.I adalah bagaimana dengan anak-anak petani yang tidak mengenal gadget? Belajar jarak jauh tetap diperlakukan, tetapi secara manual.
Penjelasan dari Ibu Atmi Selaku Wali kelas IV dan bapak ibu guru yang ada di MIN 2 Bantul anak tetap diberi tugas khusus mengerjakan tugas di buku tulis mengerjakan modul lks dll yang bisa diakses siswa. Kini, memasuki minggu ke-5, guru, anak, dan orang tua mulai mengalami kelelahan dan kejenuhan. Sebagian dari mereka mulai mampu mengatasi masalah tersebut, belajar efektif dalam kegiatan serta efisien dalam waktu dan tenaga. Orang tua dan guru juga mulai pandai memanfaatkan aplikasi, mulai lebih dekat dengan google, dan mulai efektif menggunakan WA. Guru dan anak belajar menggunakan Gogle Cllasroom,Gogle Formulir.dll. Masalah membuat mereka melek teknologi. Apakah semua guru, orang tua, dan siswa mampu mengatasi masalah . Laporan lapangan menunjukkan, tidak semua masalah belajar selama darurat Covid-19 dapat diselesaikan melalui teknologi. Bimbingan, dukungan, motivasi guru secara langsung tetap dibutuhkan.
Terjawablah sedikit teka-teki selama ini apakah eksistensi guru akan digantikan oleh kecanggihan teknologi? Ternyata jawabnya tidak. Kondisi selama darurat Covid-19 ini menunjukkan bahwa sekolah tanpa guru membutuhkan energi dan waktu lebih banyak. Terlebih lagi, hubungan antara guru dan siswa, siswa dan siswa itu unik. Mereka memiliki dunia sendiri yang tidak tergantikan oleh aplikasi tatap muka online, dan aplikasi canggih yang lain. Oleh karena itu, di MIN 2 Bantul masih terjadwal piket disekolah, meski hanya beberapa jam di sekolah, guru tetap berjaga jika ada siswa dan orang tua yang membutuhkan. Meski harus berjarak 2 meter, tanpa jabat tangan, dan tanpa pelukan, beberapa masalah dapat diatasi.(Siti)