Guru MTs N 6 Bantul Ikuti Seminar Implentasi dan Literasi Pendidikan Kekhasan Jogja
Bantul (MTsN 6 Bantul ) - Selasa (1/8/2023) pemberdayaan perempuan PGRI Bantul menggelar seminar dengan tema “Implementasi dan Literasi Pendidikan Kekhasan Jogja”. Dalam sambutannya, Ketua Pemberdayaan Perempuan PGRI Bantul, Suyatminah menyampaikan bahwa seminar diikuti 180 peserta. Masing-masing guru merupakan dari PGRI tingkat kapanewon yang terdiri dari guru-guru paud, TK, SD, SMP/MTs dan SMA /MAN/SMK.
Tujuan diadakannya seminar adalah untuk memberikan rambu-rambu terkait implementasi sekaligus memberikan literasi pendidikan khas ke-Jogja-an. MTsN 6 Bantul turut berpartisipasi dengan mengikutsertakan Sutarti Guru BK sekaligus pengurus PGRI Kapanewon Pleret. Hadir dalam kesempatan itu Kepala Dinas Dikpora yang diwakili Titik Sunarti. Dalam sambutannya diinfokan bahwa mulai Januari 2024 pendidikan ke khasan Jogja akan diimplementasikan yang terintegritas di setiap mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan misi ke-2 PGRI yang mengembangkan sumber daya unggul dan berkarakter. Sepandai dan seahli apapun tetap mengedepankan karakter budaya kekhasan Jogja yang santun dan beradap. "Jangan sampai terjadi wong Jowo ilang jawane , wong Jogja ilang Jogjane,” kata Titik .
Dua nara sumber yang di tampilkan dalam seminar itu yaitu Totok Sudarto, Ketua PGRI Bantul sekaligus penyusun Buku Pendidikan kekhasaan Jogja (PKJ). Totok dalam kesempatan itu membawakan materi tentang kompetensi guru yang meliputi paedagogi, profesional, sosial, dan kepribadian terkait dengan implementasi pendidikan kekhasan Jogja. Totok dalam kesempatan itu menyanyikan lagu dhandhang gula yang di dalamnya tersirat sebuah nasihat bagi seorang pendidik.
Narasumber kedua tidak kalah menarik, sesekali paparan diselingi dengan humor dan nembang jawa. Karena menariknya paparan yang disambung, peserta seminar terbawa untuk nyinden bareng. Materi tetap mengena dan mudah dicerna. Beliau adalah guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. KRT Suwarno Dwijonegoro M.Pd. Profesor Suwarno juga termasuk TIM pencetus dan penyusun buku tentang pendidikan kekhasan Jogja (PKJ). Suwarno menjelaskan filosofi jawa terkait bangunan-bangunan di sekitar Keraton Yogjakarta. Selain itu, juga menjelaskan secara detail tentang filosofi pakaian jawa mulai dari busana beskap, iket mondolan, simping, dan lain-lain.
Suwarno juga memberikan contoh langsung tentang sikap ngapurancang yang benar, mempersilakan dengan jempol dan gestur yang baik. “Intinya orang jogja itu ngajeni (mengormati orang lain),” kata Surwarno. “Di dalam kata ngajeni terdapat sikap ngapurancang , jempol, nuwun sewu , dan injih /inggih ditambah pembiasaan penggunaaan bahasa Jawa kromo inggil dimulai dari keluarga,” pungkas Suwarno. Sementara itu, dalam kesempatan lain Mafrudah, Kepala MTsN 6 Mendukung penerapan pendidikan karakter budaya dengan kekhasan Yogjakarta ini untuk melahirkan insan-insan yang unggul, berkarakter, dan berbudaya jawa. (tar/rin)