Guru Madrasah Dukung Program UNESCO dalam Penguatan Literasi Media dan Moderasi Beragama
Bantul (Humas MAN 2 Bantul). Guru MAN 2 Bantul, Puji Lestari, menjadi salah satu peserta Focus Group Discussion (FGD) Literasi Media dan Informasi (LMI) yang diselenggarakan oleh UNESCO Jakarta bekerja sama dengan Solopos Institute, pada Sabtu, 8 November 2025, di Griya Solopos, Solo, Jawa Tengah. Kegiatan bertema “Penguatan Literasi Media dan Informasi di Sekolah Agama” ini merupakan bagian dari program internasional Media and Information Literacy for Peace yang didukung oleh Uni Eropa. FGD diikuti oleh 35 pendidik dari berbagai madrasah dan sekolah berbasis agama di beberapa daerah di Indonesia. Dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hadir tiga perwakilan, yaitu Siska Yuniati (MTsN 1 Yogyakarta), Edi Triyanto (Kamad MAN 1 Yogyakarta), dan Puji Lestari (MAN 2 Bantul).
Acara dibuka oleh Ahmad Ulin Nur Hafsun, Kepala Kantor Kemenag Kota Surakarta, mewakili Kakanwil Kemenag Jawa Tengah. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan amal dalam proses pendidikan. “Jika hatinya baik, maka pikiran dan tindakan juga akan baik,” ujarnya. Perwakilan UNESCO Jakarta, Yekthi Hesthi Murthi, menjelaskan bahwa guru sekolah agama perlu diperkuat kemampuan berpikir kritis dan etika digital. Menurutnya, rata-rata remaja Indonesia menghabiskan 6–8 jam per hari di ruang digital. “Guru harus mampu menuntun siswa agar bijak bermedia,” jelasnya.
Sementara itu, Rini Yustiningsih, COO Solopos Media Group, mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata mengakses internet lebih dari 8 jam setiap hari, namun 41 persen di antaranya belum mampu membedakan informasi benar dan salah. “Anak-anak kita hidup di tengah algoritma. Mereka perlu bimbingan agar mampu memilah informasi dengan bijak,” ujarnya. Dalam sesi diskusi, para peserta berbagi pengalaman menghadapi tantangan digital seperti hoaks, cyberbullying, dan penyebaran konten negatif. Puji Lestari dari MAN 2 Bantul menyampaikan bahwa literasi media sejalan dengan pendidikan karakter di madrasah. “Guru madrasah harus membimbing siswa agar cerdas memilih informasi dan berakhlak dalam bermedia,” tuturnya. Para peserta juga mempelajari Lima Hukum Literasi Media UNESCO (MIL Laws) yang menekankan pentingnya berpikir kritis, komunikasi etis, dan tanggung jawab sosial dalam penggunaan media.
FGD ini akan ditindaklanjuti dengan Workshop Nasional Literasi Media dan Informasi pada 22–23 November 2025 di Solo, untuk merumuskan modul pembelajaran LMI bagi sekolah keagamaan di bawah Kementerian Agama. Kepala MAN 2 Bantul, Nur Khasanah Rahmawati, menyampaikan apresiasi terhadap keikutsertaan guru dalam kegiatan tersebut. “Guru madrasah siap berperan aktif dalam penguatan literasi digital dan moderasi beragama,” ujarnya. Melalui kegiatan ini, madrasah diharapkan menjadi garda depan dalam membentuk generasi cerdas digital, beretika, dan berakhlak mulia di era informasi global, selaras dengan semangat Madrasah Mandiri, Berprestasi, dan Moderat.(Pjl)