Kajian Ramadan 1443 H MAN 3 Bantul: Jarwo Dhosok Buah Kelapa Simpan Makna Filosofis Kehidupan Manusia
Bantul (MAN 3 Bantul) – Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Bantul menggelar berbagai kegiatan sehingga semakin menyemarakkan Ramadan 1443 H. Setelah Selasa lalu, terlaksana kegiatan Kajian Ramadan Perdana untuk Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) MAN 3 Bantul, Rabu (06/04) kegiatan ini digelar kembali di Mushola Raudhotul Jannah.
Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, Sumarna, M.Pd. mengungkapkan kegiatan ini merupakan kegiatan positif untuk mengisi Ramadan sehingga waktu-waktu selama Ramadan dapat terisi dengan kebaikan. “Melalui Kajian Ramadan, kita dapat mengisi waktu-waktu selama Ramadan yang merupakan waktu istimewa. Semoga Allah karuniakan ridho terhadap amal-amal ibadah kita,” tutur Sumarna.
Kajian Rabu ini menghadirkan Penyuluh KUA Kapanewon Pleret, Asrofi, S.Ag., M.S.I.. Asrofi, S.Ag., M.S.I menyampaikan kajian mengenai hakikat kehidupan manusia, yaitu beribadah kepada Allah Swt.
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” terjemahan Q.S. Az-Zariyat : 56 yang disampaikan Asrofi dalam kajian.
Tema kajian yang dikaitkan dengan budaya Jawa ini sangat menarik sehingga peserta sangat antusias. Kehidupan manusia diibaratkan oleh Asrofi seperti buah pohon kelapa yang dalam bahasa Jawa memiliki istilah unik yang disebut jarwo dhosok. Jarwo dhosok merupakan pembentukan istilah dalam bahasa Jawa yang diambil dari bagian kata-kata pembentuk sehingga menjadi istilah unik.
Fase kehidupan manusia dikonseptualisasikan dengan buah kelapa. Mulai dari permunculannya yang disebut bluluk bermakna ‘kelebu njaluk’, menggambarkan kehidupan manusia di masa anak kecil. Semakin tumbuh disebut cengkir yang bermakna ‘kencenge pikir’, menggambarkan manusia memasuki usia belajar. Berkembang menjadi degan, ‘adeg-adege legan’ menggambarkan manusia memasuki masa muda yang produktif. Hingga akhir kehidupan disebut kambil, ‘waktunya diambil’. Istilah yang terakhir ini dicampurkan dengan bahasa Indonesia hingga tawa peserta merekah dengan kelucuan istilah yang dibuat Asrofi.
Fase kehidupan yang diibaratkan dengan buah kelapa ini memiliki filosofi bahwa dalam setiap masa perjalanan hidup, manusia dapat kembali kepada Allah, sesuai kehendak-Nya. Sebagaimana buah kepala yang dapat jatuh baik saat berbentuk bluluk, cengkir, degan, maupun kambil. Asrofi menambahkan bahwa hakikat kehidupan manusia adalah beribadah. Inti dari ibadah adalah doa dan inti doa adalah semakin baik hubungan seorang hamba kepada Allah Swt.. Menutup kajiannya Asrofi memberikan motivasi untuk semakin menjadi pribadi lebih baik pada Ramadan 1443 H ini. “Ramadan syahrut tarbiyah. Ramadan menjadi bulan pendidikan untuk membaiki diri. Mari meningkatkan amal ibadah di bulan Ramadan ini sebagai ikhtiar untuk meningkatkan diri semakin lebih baik,” pungkas Asrofi. (sal)