Lompat ke isi utama
x
MAS Darul Mushlihin

Revolusi Hijau di Madrasah: MA Darul Mushlihin Bantul Terapkan Program Budi Daya Maggot Sebagai Solusi Pengelolaan Sampah Organik dan Pakan Lele

Dikirim oleh Dendy Pramana.P pada 16 November 2025

Bantul (MAS Darul Mushlihin) – Madrasah Aliyah (MA) Darul Mushlihin Bantul menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan program berbasis lingkungan hidup. MA Darul Mushlihin Bantul baru saja meluncurkan inovasi budi daya maggot sebagai alternatif pakan lele. Inovasi ini dipelopori oleh tim kewirausahaan sebagai salah satu langkah nyata dalam menciptakan pembelajaran yang aplikatif, ekonomis, dan berkelanjutan. Budi daya maggot dipilih karena mempunyai manfaat besar dalam bidang perikanan, terutama sebagai pakan lele yang kaya protein, mudah dibudidayakan, dan ramah lingkungan. Selain itu, maggot juga mampu membantu mengurangi sampah organik karena proses pembesaran larva memanfaatkan limbah dapur atau sisa makanan.

 

Program budi daya maggot dilaksanakan di salah satu ruang kosong MA Darul Mushlihin Bantul yang sudah diubah menjadi ruang produksi maggot. Siswa terlibat aktif dalam seluruh proses, mulai dari pengelolaan media, pemilahan sampah organik, perawatan larva, hingga pengolahan maggot menjadi pakan siap konsumsi bagi kolam lele madrasah. MA Darul Mushlihin bantul tidak hanya sekadar mencetak generasi cerdas secara akademik, tetapi juga melatih siswa peduli lingkungan dan berwirausaha. Melalui program inovasinya “Maggot Farming for Future”, madrasah berbasis pondok pesantren ini berhasil membudidayakan larva lalat hitam (Black Soldier Fly atau BSF) sebagai solusi pengelolaan sampah organik dan sumber pendapatan baru.

 

Dampak Lingkungan: Mengubah Sampah Menjadi Berkah

Sebelum adanya program “Maggot Farming for Future” dilaksanakan, sampah organik dari dapur pesantren dan kantin belum teratasi dengan optimal. Melalui program budi daya maggot ini sangat membantu dalam permasalahan sampah ini. Menurut Jefri, selaku pengurus pondok menyatakan bahwa program ini sangat membantu dalam memberikan solusi pengolahan sampah organik. “Berdasarkan data yang kami kumpulkan selama 2 bulan pembudidayaan maggot ini, kabar menggembirakan bahwa program budi daya maggot berhasil mengurangi volume sampah organik di MA Darul Mushlihin Bantul sebesar 60%. Dari sampah 50kg sampah per minggu, 30 kg di antaranya berhasil kami olah menjadi maggot,” jelas Jefri.

 

Dalam waktu dua bulan, perubahan positif telah terlihat. Pada lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sementara, kini berubah menjadi pusat daur ulang yang dikelola oleh siswa. “Kami tidak hanya belajar teori di kelas saja, tetapi sebagai praktik langsung menciptakan solusi untuk lingkungan,” jelas Reza, siswa kelas X dengan penuh semangat.

 

MA Darul Mushlihin Bantul membuktikan, inovasi tidak selalu membutuhkan teknologi tinggi. Terkadang, solusi terbaik justru datang dari benda-benda sepele di sekitar kita. Dari maggot-maggot inilah lahir pelajaran besar tentang keberlanjutan, kemandirian, dan harmoni dengan alam. 

 

Integrasi dengan Proses Pembelajaran yang Hidup

Program budi daya maggot ini terintegrasi dengan kurikulum pembelajaran di madrasah. Siswa tidak hanya belajar teori biologi terkait metamorfosis dan daur ulang, tetapi siswa juga diajak praktik langsung. Setiap kelas akan mendapatkan jadwal piket untuk merawat maggot dan mengumpulkan sampah organik di lingkungan madrasah. Mereka juga bertanggungjawab mencatat perkembangan dan menghitung hasil produksi. Kepala MA Darul Mushlihin Bantul, Andri Efriadi menyampaikan komitmennya untuk terus mengembangkan program ini. “Pada rencana kedepannya, kami akan meningkatkan skala produksi dan mulai memproduksi maggot untuk dijual juga, bukan hanya sebagai pakan lele internal madrasah. Selain itu, kami juga berencana untuk memproduksi produk turunan seperti tepung maggot yang memiliki harga jual lebih tinggi dan masa simpan lebih lama. Inovasi ini adalah bukti bahwa pendidikan harus menyentuh semua aspek kehidupan, mulai dari intelektual, agama, lingkungan, dan ekonomi,” jelasnya.

 

Program ini menjadi laboratorium alam yang lengkap. Siswa belajar siklus hidup Black Soldier Fly (BSF) dalam pelajaran biologi, menghitung efisiensi produksi dalam matematika, menganalisis proses dekomposisi dalam kimia, dan mempelajari nilai ekonomis dalam kewirausahaan. Bagi MA Darul Mushlihin Bantul, budi daya maggot bukan sekadar program sesaat, melainkan bagian dari pendidikan karakter yang mengajarkan siswa untuk peduli lingkungan dan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah. (Eep)