Kolaborasi Anak Muda dari Bantul Hadirkan DIGIRI, Inovasi Web 3.0 Terintegrasi NFT, AI dan Game untuk Angkat Kesejahteraan Pengrajin Batik Giriloyo
Bantul (MAN 3 Bantul) - Meskipun Kampung Batik Giriloyo di Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mendapatkan pengakuan dunia sebagai desa wisata terbaik oleh UNWTO pada tahun 2024, kesejahteraan para pengrajin batik di dalamnya masih menghadapi tantangan serius. Hal ini akibat persaingan harga dengan produk tekstil pabrikan dan minimnya valuasi terhadap karya seni mereka. Menjawab persoalan tersebut, lima pemuda yang tergabung dalam Tim Giriloyo Immersive menghadirkan inovasi platform digital bernama DIGIRI. Platform ini merupakan ekosistem marketplace berbasis Web 3.0 yang mengintegrasikan teknologi Non-Fungible Token (NFT), kecerdasan buatan (AI), dan game edukatif untuk mengangkat nilai ekonomi warisan luhur batik tulis.
Inovasi tersebut dirancang sebagai solusi komprehensif untuk mengubah alur ekonomi batik dari sekadar komoditas transaksional menjadi aset seni bernilai tinggi. Ketua tim, Muhammad Iqwan yang merupakan siswa MAN 3 Bantul, menjelaskan bahwa DIGIRI hadir untuk memotong rantai kegagalan pasar yang selama ini menekan pendapatan pengrajin. "Kami melihat pengrajin seringkali terjebak perang harga. Melalui DIGIRI, kami menawarkan konsep 'Phygital' (Fisik dan Digital), di mana pembeli tidak hanya mendapatkan kain batik fisik, tetapi juga sertifikat keaslian digital berbasis NFT yang menjamin orisinalitas dan memberikan royalti pasif bagi pengrajin setiap kali karya tersebut dijual kembali," jelasnya.
Aplikasi DIGIRI juga dilengkapi dengan fitur Chatbot-AI Insight yang ditenagai oleh Google Gemini 2.0 Flash. Fitur ini memungkinkan pengguna mendapatkan rekomendasi batik yang terpersonalisasi serta edukasi mendalam mengenai filosofi motif batik layaknya memiliki kurator pribadi.
"Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan AI untuk memahami makna di balik setiap motif, sehingga apresiasi terhadap karya batik meningkat," tambah anggota tim, Difa Dlyaul Haq.
Selain itu, terdapat fitur game 'Mencanting Virtual' untuk memberikan pengalaman imersif kepada pengguna mengenai tingkat kesulitan membatik, guna menumbuhkan empati dan penghargaan terhadap proses karya batik tulis.
Tim pengembang DIGIRI terdiri dari kolaborasi siswa dan mahasiswa lintas bidang, yakni Muhammad Iqwan (Siswa MAN 3 Bantul selaku Front-End Developer), Muhammad Fauzan (Siswa MAN 3 Bantul selaku UI/UX Designer), Sheela Florida Faaza (Siswa MAN 3 Bantul selaku Pelaku Budaya/Penabuh Gamelan), Nazula Mubarokah (Pelaku Budaya/Perajin Batik), dan Difa Dlyaul Haq (Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta selaku Back-End Developer). Inovasi ini telah mendapatkan dukungan resmi berupa Certificate of Recognition dari Lurah Wukirsari dan Ketua Paguyuban Batik Giriloyo sebagai langkah strategis digitalisasi ekonomi budaya desa.
Dengan target pasar wisatawan domestik maupun mancanegara serta kolektor seni, DIGIRI memproyeksikan peningkatan pendapatan pengrajin lokal hingga 7-10 kali lipat melalui penjualan karya premium yang tervalidasi. Platform ini diharapkan tidak hanya menjadi etalase jualan, tetapi juga jaring pengaman finansial yang berkelanjutan bagi para penjaga warisan budaya luhur batik tulis di Giriloyo. (ism)