Doa dan Hening Cipta dalam Rangka Refleksi 16 tahun Gempa Bumi Bantul
Bantul (Kankemenag) - Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantul H. Aidi Johansyah, S.Ag., M.M. menjadi pembaca doa dalam acara Doa dan Hening Cipta dalam rangka refleksi 16 tahun Bencana Gempa Bumi Bantul di Rumah Dinas Bupati, Jumat (27/05). Hadir dalam acara Bupati Bantul, Kapolres Bantul, Kepala Kejaksaan Negeri Bantul, Komandan Kodim 0729, Kepala Pengadilan Agama Bantul dan Jajaran Forkopimda Kabupaten Bantul.
Dalam laporannya Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Agus Yuli Herwanto, S.T., M.T. mengatakan rangkaian kegiatan refleksi Gempa Bumi Bantul antara lain terdiri dari Sarasehan bersama dengan para pakar kebencanaan yang digagas oleh relawan pada tanggal 26 Mei 2022 tadi malam di Monumen titik epicentrum Gempa Bumi di dusun Potrobayan, Srihardono Pundong Bantul kemudian pada hari ini doa bersama di rumah dinas bupati Bantul. Dalam kegiatan ini juga dirangkaikan dengan kegiatan sepeda bersama seluruh Pimpinan Unit Perangkat Daerah (UPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Bantul yang menjadikan simbol bahwa Kabupaten Bantul terus bergerak, bersinergi dan menjaga komitmen untuk pengabdian kepada masyarakat Kabupaten Bantul. Rangkaian kegiatan terakhir adalah seminar yang akan dilaksanakan hari ini yang mendatangkan pakar kebencanaan dan mengundang pimpinan UPD untuk meningkatkan sinergitas dalam penanggulangan bencana dari lini kebijakan. “Semoga dengan sinergi yang terbentuk ini mendorong Kabupaten Bantul menjadi Kabupaten tangguh bencana,” kata Agus.
Dalam sambutan dan pengarahannya Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih mengatakan pada pagi hari ini kita bersama-sama merefleksi, mengheningkan cipta dan mengenang peristiwa besar yang pernah terjadi 16 tahun yang lalu di Kabupaten Bantul. Peristiwa gempa bumi yang begitu dahsyat yang tak seorangpun mampu mengantisipasi, mempersiapkan dan mengetahuinya. Masyarakat berhamburan keluar rumah meyelamatkan diri dan saling mencari anggota keluarganya masing-masing, ini menunjukkan betapa sistem penanggulangan bencana, mitigasi bencana saat itu hampir tidak berjalan sama sekali karena tidak adanya pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu dengan peristiwa besar yang telah terjadi ada sesuatu yang harus kita pikirkan untuk memperbaiki sistem mitigasi bencana yang harus dipersiapkan.”Kita tidak ada yang tau kapan bencana itu akan terjadi, ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu pertama pentingnya kita harus meningkatkan pengetahuan dan teknologi tentang kegempaan dan kebencanaan, kedua pentingnya membanguan budaya mitigasi bencana dan kesiap siagaan bukan hanya pada lingkungan relawan saja tetapi juga masyarakat karena kita tidak bisa hanya mengandalkan relawan, ketiga meningkatkan aspek spiritualitas”, kata Halim. Hikmahnya masyarakat Bantul adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang tinggi, gotong royong tolong menolong yang baik terbukti dengan banyaknya relawan dari Bantul. “Mudah-mudahan ketangguhan, kesiap siagaan dan daya antisipasi masyarakat Bantul semakin baik sehingga kita lebih siap untuk selamat dan memperbaiki keadaan pasca bencana, sehingga masyarakat bisa hidup kembali secara normal,” harapnya. (ev).