Lompat ke isi utama
x
MAN 2 Bantul

Guru MAN 2 Bantul Ikuti Syawalan Guru Ekonomi MA DIY: Bahas Riba dalam Prespektif Islam

Dikirim oleh eka putri pada 28 April 2025

Bantul (MAN 2 Bantul) - Dalam semangat mempererat silaturahmi pasca bulan suci Ramadan, dua guru dari MAN 2 Bantul menghadiri acara Syawalan Guru Ekonomi Madrasah Aliyah (MA) se-Daerah Istimewa Yogyakarta yang digelar pada Rabu (23/4/25). Acara yang berlangsung penuh kehangatan dan kekhidmatan ini dilaksanakan di Rumah Dinas Bupati Bantul, dan dihadiri oleh para guru ekonomi dari berbagai madrasah aliyah di wilayah DIY. Kehadiran dua perwakilan dari MAN 2 Bantul, yaitu Mas Indah Murdaningrum, dan Fitria Endang Susana, sekaligus menjadi ajang memperkuat kolaborasi antarpendidik ekonomi di lingkungan madrasah aliyah serta menambah wawasan keilmuan terkait isu-isu aktual dalam dunia ekonomi dan keislaman.

Acara Syawalan ini dka dengan sambutan dari ketua MGMP Ekonomi MA DIY. Dalam sambutannya, ketua MGMP Ekonomi MA DIY, Toni Purwanti menyampaikan pentingnya menjalin ukhuwah dan menjaga komunikasi antar sesama guru ekonomi, terutama di tengah tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks. Kegiatan ini juga menjadi ruang temu yang sarat makna, di mana guru-guru tidak hanya saling bermaafan dalam tradisi Syawalan, tetapi juga berbagi inspirasi serta pengalaman dalam mengajar.

Puncak acara diisi oleh penyampaian materi dari Tri Suranto, seorang narasumber yang dikenal luas dalam bidang ekonomi syariah. Dalam kesempatan tersebut, Tri Suranto menyampaikan materi yang sangat relevan dan penting, yaitu tentang riba dalam perspektif Islam dan praktik ekonomi kontemporer.

Dalam penyampaiannya, Tri Suranto mengawali dengan mengutip beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits yang secara tegas melarang praktik riba. Narasumber menjelaskan tentang "Riba dalam Perspektif Islam dan Tantangan di Era Modern", Tri Suranto mengupas secara mendalam hakikat riba, dampaknya, serta urgensi menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam praktik pendidikan.

Riba secara bahasa berarti tambahan atau kelebihan. Namun, dalam terminologi syariah, riba mengacu pada tambahan yang diperoleh dari transaksi pinjam meminjam atau jual beli yang tidak dibenarkan dalam Islam. Tri Suranto menjelaskan bahwa terdapat dua jenis riba: riba nasi'ah (tambahan karena penundaan pembayaran) dan riba fadhl (tambahan karena pertukaran barang sejenis yang tidak setara).

Dalam sesi tersebut, Tri Suranto menekankan bahwa Al-Qur'an secara tegas melarang praktik riba, seperti yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 275--279. Bahkan, Allah SWT menyatakan perang terhadap orang-orang yang terus menjalankan riba meskipun telah diberikan peringatan.

"Orang yang melakukan riba sesungguhnya telah menzalimi dirinya sendiri dan orang lain. Riba bukan sekadar bunga pinjaman di bank, tapi bisa muncul dalam bentuk-bentuk lain yang merugikan salah satu pihak dalam transaksi," jelasnya.

Narasumber juga menyoroti bagaimana praktik riba telah menjadi sistem yang mengakar dalam ekonomi global saat ini. Hal ini menyebabkan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, penindasan terhadap kaum lemah, dan ketidakadilan dalam distrsi kekayaan. Oleh karena itu, pendidikan ekonomi harus mampu mengenalkan alternatif sistem keuangan yang lebih adil, salah satunya melalui ekonomi syariah.

Lebih lanjut, ia mengajak para guru ekonomi untuk lebih mendalami literasi ekonomi syariah dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Menurut Tri Suranto sebagai pendidik, guru memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran siswa agar kelak mereka memahami praktik ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Materi yang disampaikan oleh Tri Suranto disambut antusias oleh para peserta. Banyak guru yang merasa tercerahkan dan menganggap pentingnya membumikan konsep ekonomi syariah dalam pembelajaran sehari-hari, terutama dalam konteks kekinian yang penuh tantangan finansial dan konsumtif.

Fitria Endang Susana, salah satu guru MAN 2 Bantul yang hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasi atas materi yang diberikan. "Materi tentang riba ini sangat membekas, karena sering kali kita dihadapkan dengan dilema transaksi keuangan modern. Penjelasan tadi membantu kami untuk lebih bijak sekaligus mendidik siswa agar lebih sadar akan pentingnya muamalah yang halal dan berkah," ungkapnya.

Menutup acara, panitia mengajak seluruh guru untuk terus memperkuat sinergi dan berkolaborasi dalam pengembangan pembelajaran ekonomi di madrasah aliyah. Melalui kegiatan MGMP seperti Syawalan ini, diharapkan guru-guru dapat saling berbagi metode, media pembelajaran, hingga inovasi kurikulum yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Syawalan Guru Ekonomi MA se-DIY tahun ini menjadi momentum penting untuk merekatkan persaudaraan, menguatkan nilai-nilai keislaman, dan membangun semangat bersama dalam mendidik generasi yang unggul secara intelektual dan spiritual. Kehadiran dua guru dari MAN 2 Bantul turut memperkaya diskusi dan menegaskan komitmen madrasah dalam membangun pendidikan ekonomi berbasis nilai-nilai keislaman. Dengan semangat Syawal, seluruh peserta pulang membawa semangat baru, inspirasi segar, dan tekad yang semakin kuat untuk memberikan pendidikan terbaik kepada para siswa madrasah di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. (FES)