Praktik Membatik dan Tatah Sungging Warnai Puncak HAB ke-54 MTsN 3 Bantul
Bantul (MTsN 3) - Seorang gadis remaja nampak luwes menggoreskan canting pada selembar kain putih yang disampirkan di gawangan. Hampir tak ada cairan lilin malam yang menetes di lantai.
Dua siswi madrasah dari Giriloyo, Alfita dan Arifia tersebut sedang unjuk kebolehan membatik dalam puncak acara Hari Amal Bakti (HAB) ke-54 MTsN 3 Bantul, Sabtu (26/2).
Pembimbing ekstra batik yang juga seorang perajin batik Giriloyo, Istijanah menuturkan, anak asuhnya dilatih untuk turut melestarikan batik tulis agar tidak punah digerus budaya asing. Dirinya berkomitmen menjaga kelestarian budaya peninggalan nenek moyang tersebut agar menjadi salah satu ikon Giriloyo Imogiri sebagai sentra batik tulis.
“Proses membatik tulis memang lebih lama dan butuh kecermatan disbanding dengan batik cap maupun printing. Namun disinilah kita sekaligus menanamkan nilai karakter dan budi pekerti kepada anak-anak,” imbuhnya.
Di Sudut berbeda siswa yang berasal dari Karangasem RT.03 Wukirsari, Zidan Najmutsaqil Arrachman unjuk kebolehan menyapukan kuas pada kulit yang sudah ditatah berbentuk salahsatu tokoh wayang. Anak yang cenderung pendiam ini nampak tekun bermain aneka warna cat sesuai karakter dari tokoh yang dilukisnya.
Seperti halnya membatik, apa yang dilakukan Zidan juga membutuhkan konsentrasi tinggi dan keterampilan khusus. Mulai dari menatah kulit di atas papan kayu, proses sungging (pewarnaan), sampai dengan memberi gapit, semua butuh Latihan yang lama.
Keterampilan Zidan tak lepas dari bimbingan langsung Sumadi, ayah kandungnya yang merupakan perajin kulit. Selain wayang Zidan juga terbiasa membuat berbagai cinderamata dari kulit, biasanya banyak diminati untuk souvenir pernikahan.
Di sisi lain madrasah yang berjuluk Madrasah Hijau juga memamerkan produk makanan, minuman karya siswa dengan pembimbing Sudarmi, S.Pd dan Masuratin, S.Pd. Produk yan dihasilkan adalah Bonlega (Abon Lele Matsaga), Cisle (Crispy Lele), Nata De Alovera dalam 3 varian (bunga telang, buah naga dan jeruk).
Menurut Manajer Produksi Puji Lestari, S.Pd dipilihnya lele sebagai salahsatu produk karena madrasah yang akan maju ke Adiwiyata DIY ini mengembangkan “budiksamber" yaitu budidaya ikan dan sayur dalam ember.
“Kita memanfaatkan ember besar untuk menanam sayur sekaligus memelihara ikan. Jadi kita manfaatkan lele untuk diolah menjadi abon dan crispy. Sedangkan untuk minuman kita banyak menanam lidah buaya/aloevera sehingga inilah yang kita manfaatkan untuk produk minuman,” terang Puji.
Kakanwil Kemenag DIY Dr. H. Masmin Afif, M.Ag, didampingi Kakankemenag Bantul, H. Aidi Johansyah, S.Ag., M.M yang menyaksikan keterampilan batik dan tatah sungging serta produk makanan tersbut merasa bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh segenap civitas akademika MTsN 3 Bantul.
“Saya sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan guru dan siswa di sini. Karena selain belajar pengetahuan agama juga dikembangkan bakat wirausaha, serta kecakapan hidup. Itu semua sangat mendukung sebagai bekal ketika terjun di tengah masyarakat,” puji Kakanwil.(tan)