Lompat ke isi utama
x
KUA Banguntapan

Khotim Penyuluh Agama Islam Bantul, Melibatkan Remaja Cegah Kawin Anak dan Stunting

Dikirim oleh eka putri pada 18 June 2025

Bantul (KUA Banguntapan) - Berdasarkan data United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2023, Indonesia menempati peringkat empat dalam perkawinan anak global dengan jumlah kasus sebanyak 25,53 juta. Dampak perkawinan anak ini bersifat multisektoral, sehingga diperlukan komitmen bersama dan kolaborasi berbagai stakeholder untuk mencegahnya. Data menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 9 anak perempuan menikah dan memiliki anak sebelum mencapai usia 18 tahun. Sedangkan stunting, pada 2018, data Kemenkes menunjukkan 3 dari 10 balita mengalami stunting karena berbagai faktor, seperti kesalahan pola asuh, kekurangan gizi, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya sarana air bersih dan sanitasi.Oleh karena itu, upaya pencegahan perkawinan anak dan stunting adalah hal yang sangat penting.

KUA Banguntapan

Dalam konteks sosial yang demikian itu, Khotimatul Husna yang biasa dipanggil Khotim, dalam pemilihan Penyuluh Agama Islam Award 2025 ini mengusung Program Edukasi Remaja GERCEP PENTING PLUS (Gerak Cepat Penyuluh Peduli Stunting dan Kawin Anak). Menurut Khotim, program penting ini melibatkan partisipasi remaja dalam pencegahan dan penurunan angka kawin anak dan stunting di Kabupaten Bantul, khususnya Kapanewon Banguntapan. Metode GERCEP PENTING PLUS adalah model pembelajaran fasilitasi yang melibatkan keaktifan dan partisipasi peserta remaja. Harapan, cita-cita, pengetahuan, dan pengalaman remaja dieksplorasi dan dimaknai secara bersama untuk merumuskan konsep diri sebagai remaja sehat. Materi yang disampaikan meliputi kesehatan reproduksi dan cegah kawin anak dan stunting. Termasuk apa yang bisa dilakukan remaja dalam pencegahan dan penurunan angka kawin anak dan stunting.

KUA Banguntapan

Output kegiatan Edukasi Remaja GERCEP PENTING PLUS ini adalah membangun kesadaran remaja untuk terlibat aktif dalam pencegahan dan penurunan angka kawin anak dan stunting dengan memilih gaya hidup sehat. Selain itu, Khotim menjelaskan bahwa program ini bisa menjadikan remaja sebagai konselor sebaya yang bisa memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan cegah kawin anak dan stunting pada remaja seusianya. Program ini dalam rangka mewujudkan visi pemerintah Indonesia untuk menciptakan "Indonesia yang Layak Anak" pada tahun 2030 dan "Indonesia yang Emas" pada tahun 2045. (khotim)